detik – detik terakhir

pada bulan februari lalu, saya mendapat sebuah email dari dosen saya yang berjudul detik – detik terakhir. pada awalnya saya penasaran dengan isi email yang beliau kirim, tapi yang setahu saya beliau selalu mengirim email yang religius.
tanpa cerita panjang saya baca email tersebut. ternyata sesuatu yang saya yakini tetapi sering terbengkalai dalam hidup saya kembali teringat dalam benak. memang suatu fakta yang mengerikan jika ingat firman ALLAH ta’ala “setiap yang bernyawa pasti mati” (Al – Qur’an, lupa ayat sama suratnya). kurang lebih seperti ini emailnya


Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Bismillahir Rahmanir Rahim,
Dari Seorang Sahabat

Bahan Renungan Untuk Anda, Sahabatku, yang mungkin terlalu sibuk bekerja…
Luangkanlah waktu sejenak untuk membaca dan merenungkan pesan ini…

Alhamdulillah, Anda beruntung telah terpilih untuk mendapatkan kesempatan
membaca email ini.

Aktifitas keseharian kita selalu mencuri konsentrasi kita. kita seolah lupa
dengan sesuatu yang kita tak pernah tau kapan kedatangannya.
Sesuatu yang bagi sebagian orang sangat menakutkan.Tahukah kita kapan kematian
akan menjemput kita???

berikanlah waktu anda dan bacalah sampai habis, semoga dapat menjadikan hikmah
buat kita semua dan sadar, bahwa kita akan mati dan tinggal menunggu waktunya,

semoga kita termasuk dalam orang-orang yang khusnul khotimah…. amien….

Tatkala masih di bangku sekolah, aku hidup bersama kedua orangtuaku dalam
lingkungan yang baik. Aku selalu mendengar doa ibuku saat pulang dari keluyuran
dan begadang malam. Demikian pula ayahku, ia selalu dalam shalatnya yang
panjang. Aku heran, mengapa ayah shalat begitu lama, apalagi jika saat musim
dingin yang menyengat tulang.

Aku sungguh heran, bahkan hingga aku berkata kepada diri sendiri :

“Alangkah sabarnya mereka…setiap hari begitu…benar- benar
mengherankan!

“Aku belum tahu bahwa disitulah kebahagiaan orang mukmin dan itulah shalat
orang orang pilihan. Mereka bangkit dari tempat tidurnya untuk munajat kepada
Allah.

Setelah menjalani pendidikan militer, aku tumbuh sebagai pemuda yang matang.
Tetapi diriku semakin jauh dari Allah padahal berbagai nasehat selalu kuterima
dan kudengar dari waktu ke waktu. Setelah tamat dari pendidikan, aku ditugaskan
di kota yang jauh dari kotaku.

Perkenalanku dengan teman-teman sekerja membuatku agak ringan menanggung beban
sebagai orang terasing.

Disana, aku tak mendengar lagi suara bacaan Al-Qur’an. Tak ada lagi suara
ibu yang membangunkan dan menyuruhku shalat. Aku benar-benar hidup sendirian,
jauh dari lingkungan keluarga yang dulu kami nikmati. Aku ditugaskan mengatur
lalu lintas di sebuah jalan tol.. Di samping menjaga keamanan jalan,tugasku
membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan.

Pekerjaan baruku sungguh menyenangkan. Aku lakukan tugas-tugasku dengan
semangat dan dedikasi tinggi.

Tetapi, hidupku bagai selalu diombang-ambingkan ombak. Aku bingung dan sering
melamun sendirian … banyak waktu luang … pengetahuanku terbatas.

Aku mulai jenuh … tak ada yang menuntunku di bidang agama. Aku sebatang kara.
Hampir tiap hari yang kusaksikan hanya kecelakaan dan orang-orang yang mengadu
kecopetan atau bentuk-bentuk penganiayaan lain.

Aku bosan dengan rutinitas. Sampai suatu hari terjadilah sebuah peristiwa yang
hingga kini tak pernah aku lupakan.

Ketika itu, kami dengan seorang kawan sedang bertugas disebuah pos jalan.

Kami asyik ngobrol … tiba-tiba kami dikagetkan oleh suara benturan yang amat
keras. Kami mengedarkan pandangan. Ternyata, sebuah mobil bertabrakan dengan
mobil lain yang meluncur dari arah yang berlawanan.
Kami segera berlari menuju tempat kejadian untuk menolong korban.
Kejadian yang sungguh tragis.

Kami lihat dua awak salah satu mobil dalam kondisi kritis. Keduanya segera kami
keluarkan dari mobil lalu kami bujurkan di tanah. Kami cepat-cepat menuju mobil
satunya. Ternyata pengemudinya telah tewas dengan amat mengerikan.

Kami kembali lagi kepada dua orang yang berada dalam kondisi koma.
Temanku menuntun mereka mengucapkan kalimat syahadat. Ucapkanlah
“Laailaaha Illallaah … Laailaaha Illallaah ..” perintah temanku.
Tetapi sungguh mengerikan, dari mulutnya malah meluncur lagu-lagu.
Keadaan itu membuatku merinding.

Temanku tampaknya sudah biasa menghadapi orang-orang yang sekarat …

Kembali ia menuntun korban itu membaca syahadat. Aku diam membisu. Aku tak
berkutik dengan pandangan nanar. Seumur hidupku, aku belum pernah menyaksikan
orang yang sedang sekarat, apalagi dengan kondisi seperti ini.

Temanku terus menuntun keduanya mengulang-ulang bacaan syahadat.

Tetapi …. keduanya tetap terus saja melantunkan lagu.

Tak ada gunanya … Suara lagunya terdengar semakin melemah …. lemah dan
lemah sekali. Orang pertama diam, tak bersuara lagi, disusul orang kedua.

Tak ada gerak …. keduanya telah meninggal dunia. Kami segera membawa mereka
ke dalam mobil. Temanku menunduk, ia tak berbicara sepatahpun.

Selama perjalanan hanya ada kebisuan. Hening…

Kesunyian pecah ketika temanku mulai bicara.Ia berbicara tentang hakikat
kematian dan su’ul khatimah (kesudahan yang buruk).

Ia berkata “Manusia akan mengakhiri hidupnya dengan baik atau buruk..

Kesudahan hidup itu biasanya pertanda dari apa yang dilakukan olehnya selama di
dunia.

“Ia bercerita panjang lebar padaku tentang berbagai kisah yang
diriwayatkan dalam buku-buku islam. Ia juga berbicara bagaimana seseorang akan
mengakhiri hidupnya sesuai dengan masa lalunya secara lahir batin.

Perjalanan kerumah sakit terasa singkat oleh pembicaraan kami tentang kematian.
Pembicaraan itu makin sempurna gambarannya tatkala ingat bahwa kami sedang
membawa mayat. Tiba-tiba aku menjadi takut mati. Peristiwa ini benar-benar
memberi pelajaran berharga bagiku. Hari itu, aku shalat khusyu’ sekali.

Tetapi perlahan-lahan aku mulai melupakan peristiwa itu. Aku kembali pada
kebiasaanku semula … Aku seperti tak pernah menyaksikan apa yang menimpa dua
orang yang tak kukenal beberapa waktu yang lalu. Tetapi sejak saat itu, aku
memang benar-benar menjadi benci kepada yang namanya lagu-lagu. Aku tak mau
tenggelam menikmatinya seperti sedia kala.

Mungkin itu ada kaitannya dengan lagu yang pernah kudengar dari dua orang yang
sedang sekarat dahulu. Kejadian yang menakjubkan !.

Selang enam bulan dari peristiwa mengerikan itu …. sebuah kejadian
menakjubkan kembali terjadi di depan mataku. Seseorang mengendarai mobilnya
dengan pelan, tetapi tiba-tiba mobilnya mogok di sebuah terowongan menuju kota .
Ia turun dari mobilnya untuk mengganti ban yang kempes. Ketika ia berdiri
dibelakang mobil untuk menurunkan ban serep, tiba-tiba sebuah mobil dengan
kecepatan tinggi menabraknya dari arah belakang. Lelaki itupun langsung
tersungkur seketika.

Aku dengan seorang kawan, bukan yang menemaniku pada peristiwa pertama
cepat-cepat menuju tempat kejadian.

Dia kami bawa dengan mobil dan segera pula kami menghubungi rumah sakit agar
langsung mendapat penanganan. Dia masih sangat muda, wajahnya begitu
bersih.Ketika mengangkatnya ke mobil, kami berdua cukup panik, sehingga tak
sempat memperhatikan kalau ia menggumamkan sesuatu. Ketika kami membujurkannya
di dalam mobil, kami baru bisa membedakan suara yang keluar dari mulutnya.

Ia melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an … dengan suara amat lemah.

“Subhanallah ! dalam kondisi kritis seperti itu ia masih sempat
melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an ? Darah mengguyur seluruh pakaiannya,
tulang-tulangnya patah, bahkan ia hampir mati. Dalam kondisi seperti itu, ia
terus melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan suaranya yang merdu.

Selama hidup, aku tak pernah mendengar bacaan Al-Qur’an seindah itu.
Dalam batin aku bergumam sendirian “Aku akan menuntunnya membaca syahadat
sebagaimana yang dilakukan oleh temanku terdahulu … apalagi aku sudah punya
pengalaman.” aku meyakinkan diriku sendiri. Aku dan kawanku seperti
terhipnotis mendengarkan suara bacaan Al-Qur’an yang merdu itu.

Sekonyong-konyong sekujur tubuhku merinding, menjalar dan menyelusup ke setiap
rongga. Tiba-tiba, suara itu terhenti. Aku menoleh kebelakang.

Kusaksikan dia mengacungkan jari telunjuknya lalu bersyahadat. Kepalanya
terkulai, aku melompat ke belakang.

Kupegang tangannya, degup jantungnya, nafasnya, tidak ada yang terasa.
Dia telah meninggal. Aku lalu memandanginya lekat-lekat, air mataku menetes,
kusembunyikan tangisku, takut diketahui kawanku.

Kukabarkan kepada kawanku kalau pemuda itu telah meninggal. Kawanku tak kuasa
menahan tangisnya. Demikian pula halnya dengan diriku. Aku terus menangis air
mataku deras mengalir. Suasana dalam mobil betul-betul sangat mengharukan.
…Sampai di rumah sakit ……Kepada orang-orang di sana , kami mengabarkan
perihal kematian pemuda itu dan peristiwa menjelang kematiannya yang
menakjubkan.

Banyak orang yang terpengaruh dengan kisah kami, sehingga tak sedikit yang
meneteskan air mata.

Salah seorang dari mereka, demi mendengar kisahnya, segera menghampiri jenazah
dan mencium keningnya. Semua orang yang hadir memutuskan untuk tidak beranjak
sebelum mengetahui secara pasti kapan jenazah akan dishalatkan. . Mereka ingin
memberi penghormatan terakhir kepada jenazah. Semua ingin ikut menyolatinya.

Salah seorang petugas rumah sakit menghubungi rumah almarhum. Kami ikut
mengantar jenazah hingga ke rumah keluarganya. .

Salah seorang saudaranya mengisahkan, ketika kecelakaan, sebetulnya almarhum
hendak menjenguk neneknya di desa. Pekerjaan itu rutin ia lakukan setiap hari
senin. Disana almarhum juga menyantuni para janda, anak yatim dan orang-orang
miskin.

Ketika terjadi kecelakaan, mobilnya penuh dengan beras, gula, buah-buahan dan
barang-barang kebutuhan pokok lainnya. Ia juga tak lupa membawa buku-buku agama
dan kaset-kaset pengajian. Semua itu untuk dibagi-bagikan kepada orang-orang
yang dia santuni. Bahkan juga membawa permen untuk dibagikan kepada anak-anak
kecil.

Bila tiba saatnya kelak, kita menghadap Allah Yang Perkasa. hanya ada satu
harap, semoga kita menjadi penghuni surga. Biarlah dunia jadi kenangan, juga
langkah-langkah kaki yang terseok, di sela dosa dan pertaubatan.

Hari ini, semoga masih ada usia, untuk mengejar surga itu, dengan amal-amal
yang nyata : “memperbaiki diri dan mengajak orang lain ”

Allah Swt berfirman: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan
sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa
dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah
beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang
memperdayakan. ” (QS. Al-Imran:185)

Rasulullah Saw telah mengingatkan dalam sabdanya, “Barangsiapa yang lambat
amalnya, tidak akan dipercepat oleh nasabnya.”

Saudaraku, siapa yang tau kapan, dimana, bagaimana, sedang apa, kita menemui
tamu yang pasti menjumpai kita, yang mengajak menghadap Allah SWT.

Orang yang cerdik dan pandai adalah yang senantiasa mengingat kematian dalam
waktu-waktu yang ia lalui kemudian melakukan persiapan persiapan untuk
menghadapinya.

Note : amalkan ilmu, sampaikan walau satu ayat, salah satu amalan yang terus
mengalir walau seseorang sudah mati adalah ilmu yang bermanfaat.

Begitulah hendaknya engkau nasehati dirimu setiap hari karena engkau tidak
menyangka mati itu dekat kepadamu bahkan engkau mengira engkau mungkin hidup
lima puluh tahun lagi, Kemudian engkau menyuruh dirimu berbuat taat, sudah pasti
dirimu tidak akan patuh kepadamu dan pasti ia akan menolak dan merasa berat
untuk mengerjakan ketaatan.

Nasehat ini terutama untuk diri saya sendiri, dan saudara-saudaraku seiman pada
umumnya.

4 pemikiran pada “detik – detik terakhir

  1. Nah ini baru keren cuy… Jadi jangan suka main-main lagi yeh… 😛 Ok… Recommended to all islamic Bloger to read this… 🙂

Tinggalkan komentar